cerita berkebun, foto cara menanam, download tehnik penanaman, kebun di rumah, cerita cerita anak, kumpulan cerita dongeng anak, tips cara berkebun, tanaman obat herbal, cara perawatan tanaman, kebun bisnis | Cerita Anak : Sibuaya tua
Pada suatu pagi seekor kijang muda yang ketinggalan rombongan kawan-kawannya berjalan sendirian di hutan. Kijang muda itu bingung karena untuk bisa bertemu dengan kawan-kawannya, ia harus menyeberang sebuah sungai. Padahal sungai yang akan diseberanginya itu ada seekor buaya tua pemakan kijang-kijang muda.
Namun karena Kijang muda itu terlalu lama berjalan-jalan, maka ia pun kehausan. Mau tak mau ia harus minum air dari sungai yang ada buaya tuanya. Dengan langkah hati-hati, Kijang muda itu mendekati sungai, kemudian meminum airnya dengan cepat. Ia tak mau dimakan oleh Buaya tua. Diperhatikannya keadaan di sekitarnya dengan sangat seksama. Tetapi terlambat, sang Buaya tua yang ada di hidup di sana telah menunggu tanpa disadarinya. Dan hap...Buaya tua pun menggigit kaki Kijang muda. Tak mampu Kijang muda melepaskan diri dari gigitan sang Buaya tua, ia pun meronta-ronta dan berteriak-teriak.
“Tolong! Tolong!” Tapi tentu saja tak ada yang datang menolongnya, karena tidak ada siapapun di sekitar tempat itu.
Mengetahui hal ini, si Buaya tua itu hanya terbahak-bahak, “hahaha..tak ada yang bisa menolongmu ya? Kau takkan bisa lari dariku!”
Tapi ternyata kijang memiliki rencana lain, lalu ia mengatakan, “oh...tuan buaya yang baik, kiranya janganlah kau memakanku, sebab aku terlalu kecil untuk tubuh besarmu itu. Kau takkan kenyang karena memakanku.”
“Lantas?”
“Jika kau melepaskanku dan membantu diriku menyeberang ke seberang sana, aku berjanji akan membawakan temanku yang besar sebagai ganti diriku yang kecil ini. Temanku itu jauh lebih besar daripada aku.”
“Apa kau berniat membohongiku?”
“Tidak,” jawab Kijang muda, “tentu saja tidak. Aku tak berani membohongimu. Apalah aku ini dibandingkan dengan kau. Sekali gigit matilah aku!”
Buaya tua yang tertarik dengan omongan Kijang muda, lalu melepaskan gigitannya. “Baiklah, kau kulepaskan, jika kau tidak kembali lagi, ingat aku akan memakanmu, apabila kau lewat sini lagi.”
“Baik. Baik.” Begitu tukas Kijang muda.
Setelah itu, Buaya tua menyuruh si Kijang muda naik di atas punggungnya. Ia akan membantu menyeberangkan kijang muda. Setelah Kijang muda turun dari punggung Buaya tua di seberang sungai, kembali ia mengingatkan tentang pesannya. Setelah mengangguk-angguk. Kijang muda berlalu dari hadapan Buaya tua.
Buaya tua menanti-nanti kedatangan Kijang muda dengan tidak sabar di pinggir sungai. Selang beberapa jam kemudian, Kijang muda datang lagi untuk menepati janjinya. Buaya tua pun senang melihat kedatangan Kijang muda, lalu segera berujar padanya, “kau membawakan apa yang kau janjikan?”
“Tentu saja. Aku takkan membohongimu!” Jawab Kijang muda dengan penuh mantap.
“Tunjukkan padaku.”
“Baiklah,” kata Kijang muda, “Mumba sudah tiba waktu bagimu untuk keluar.”
Lalu sekonyong-konyong keluarlah seekor gajah bernama Mumba. Buaya tua keheranan melihat kedatangan Mumba. “Lho kenapa dia datang?” tanya Buaya ketakutan.
“Kan sudah kubilang, temanku itu jauh lebih besar daripada aku. Mumba si gajah ini kan lebih besar daripada aku, dia akan membuatmu kenyang.”
Lalu Mumba ingin menginjak Buaya tua yang sedang ketakutan. “Apa kau berani memakanku?” tanya Mumba pada Buaya tua. Tanpa berpikir lebih panjang, Buaya tua mengambil langkah seribu alias lari tunggang langgang kembali ke sungai. Ia takut terinjak Mumba karena bisa gepeng. Kemudian Mumba dan Kijang muda pun tertawa-tawa melihat Buaya tua yang ketakutan itu. Lantas mereka pergi meninggalkan sungai. Kijang muda mengucapkan terimakasih, ketika mereka berpisah di perempatan jalan. “Terimakasih Mumba telah menolongku,” kata Kijang muda sambil tersenyum, “Kini aku bisa kembali kepada kawananku. Sampai jumpa lagi Mumba.”
“Sama-sama,” jawab Mumba, “kau pun telah menolongku dengan mengambilkan duri di bawah kaki ini. Sampai jumpa lagi teman.”
Lagi-lagi Buaya Tertipu. Nampaknya ia hidup untuk selalu tertipu...
Cerita Anak : Si Buaya Tua
Pada suatu pagi seekor kijang muda yang ketinggalan rombongan kawan-kawannya berjalan sendirian di hutan. Kijang muda itu bingung karena untuk bisa bertemu dengan kawan-kawannya, ia harus menyeberang sebuah sungai. Padahal sungai yang akan diseberanginya itu ada seekor buaya tua pemakan kijang-kijang muda.
Namun karena Kijang muda itu terlalu lama berjalan-jalan, maka ia pun kehausan. Mau tak mau ia harus minum air dari sungai yang ada buaya tuanya. Dengan langkah hati-hati, Kijang muda itu mendekati sungai, kemudian meminum airnya dengan cepat. Ia tak mau dimakan oleh Buaya tua. Diperhatikannya keadaan di sekitarnya dengan sangat seksama. Tetapi terlambat, sang Buaya tua yang ada di hidup di sana telah menunggu tanpa disadarinya. Dan hap...Buaya tua pun menggigit kaki Kijang muda. Tak mampu Kijang muda melepaskan diri dari gigitan sang Buaya tua, ia pun meronta-ronta dan berteriak-teriak.
“Tolong! Tolong!” Tapi tentu saja tak ada yang datang menolongnya, karena tidak ada siapapun di sekitar tempat itu.
Mengetahui hal ini, si Buaya tua itu hanya terbahak-bahak, “hahaha..tak ada yang bisa menolongmu ya? Kau takkan bisa lari dariku!”
Tapi ternyata kijang memiliki rencana lain, lalu ia mengatakan, “oh...tuan buaya yang baik, kiranya janganlah kau memakanku, sebab aku terlalu kecil untuk tubuh besarmu itu. Kau takkan kenyang karena memakanku.”
“Lantas?”
“Jika kau melepaskanku dan membantu diriku menyeberang ke seberang sana, aku berjanji akan membawakan temanku yang besar sebagai ganti diriku yang kecil ini. Temanku itu jauh lebih besar daripada aku.”
“Apa kau berniat membohongiku?”
“Tidak,” jawab Kijang muda, “tentu saja tidak. Aku tak berani membohongimu. Apalah aku ini dibandingkan dengan kau. Sekali gigit matilah aku!”
Buaya tua yang tertarik dengan omongan Kijang muda, lalu melepaskan gigitannya. “Baiklah, kau kulepaskan, jika kau tidak kembali lagi, ingat aku akan memakanmu, apabila kau lewat sini lagi.”
“Baik. Baik.” Begitu tukas Kijang muda.
Setelah itu, Buaya tua menyuruh si Kijang muda naik di atas punggungnya. Ia akan membantu menyeberangkan kijang muda. Setelah Kijang muda turun dari punggung Buaya tua di seberang sungai, kembali ia mengingatkan tentang pesannya. Setelah mengangguk-angguk. Kijang muda berlalu dari hadapan Buaya tua.
Buaya tua menanti-nanti kedatangan Kijang muda dengan tidak sabar di pinggir sungai. Selang beberapa jam kemudian, Kijang muda datang lagi untuk menepati janjinya. Buaya tua pun senang melihat kedatangan Kijang muda, lalu segera berujar padanya, “kau membawakan apa yang kau janjikan?”
“Tentu saja. Aku takkan membohongimu!” Jawab Kijang muda dengan penuh mantap.
“Tunjukkan padaku.”
“Baiklah,” kata Kijang muda, “Mumba sudah tiba waktu bagimu untuk keluar.”
Lalu sekonyong-konyong keluarlah seekor gajah bernama Mumba. Buaya tua keheranan melihat kedatangan Mumba. “Lho kenapa dia datang?” tanya Buaya ketakutan.
“Kan sudah kubilang, temanku itu jauh lebih besar daripada aku. Mumba si gajah ini kan lebih besar daripada aku, dia akan membuatmu kenyang.”
Lalu Mumba ingin menginjak Buaya tua yang sedang ketakutan. “Apa kau berani memakanku?” tanya Mumba pada Buaya tua. Tanpa berpikir lebih panjang, Buaya tua mengambil langkah seribu alias lari tunggang langgang kembali ke sungai. Ia takut terinjak Mumba karena bisa gepeng. Kemudian Mumba dan Kijang muda pun tertawa-tawa melihat Buaya tua yang ketakutan itu. Lantas mereka pergi meninggalkan sungai. Kijang muda mengucapkan terimakasih, ketika mereka berpisah di perempatan jalan. “Terimakasih Mumba telah menolongku,” kata Kijang muda sambil tersenyum, “Kini aku bisa kembali kepada kawananku. Sampai jumpa lagi Mumba.”
“Sama-sama,” jawab Mumba, “kau pun telah menolongku dengan mengambilkan duri di bawah kaki ini. Sampai jumpa lagi teman.”
Lagi-lagi Buaya Tertipu. Nampaknya ia hidup untuk selalu tertipu...
No comments:
Post a Comment
Silakan Cerita tentang Berkebun disini.